Sabtu, 20 Maret 2010

Situs Baturaja di zaman Kerajaan Tarumanegara


Berdasarkan hasil penelitian para ahli sejarah, menemukan kerajaan Tarumanegara meninggalkan banyak prasasti di antaranya : 1). Ciaruteun, 2). Prasasti Kebon Kopi, 3). Prasasti Tugu, 4). Prasasti Jambu. Di dalam prasasti Ciaruteun terdapat lukisan dua tapak kaki sang Raja Purnawarman yang disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu. Hal ini memberikan pertanda Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara adalah penganut ajaran agama Hindu. Sebagaimana kita ketahui, Dewa Wisnu dalam konsepsi ketuhanan agama Hindu merupakan manifestasi Hyang Widhi/Tuhan sebagai Dewa Kemakmuran. Pada prasasti Kebon Kopi terdapat gambaran telapak kaki Gajah tunggangan Sang Raja yang dikatakan sebagai tapak kaki Airawata (Gajah Dewa Indra). Di dalam Prasasti Tugu yang terdapat di Jakarta menyebutkan bahwa Raja Purnawarman dalam tahun pemerintahannya yang ke-22 telah menggali sebuah sungai yang bernama Sungai Gomati. Sungai ini memiliki panjang 6122 busur (kurang lebih 12 km) dalam waktu 21 hari dan pekerjaan ini ditutup dengan upacara kurban memberi hadiah sebanyak 1000 ekor lembu kepada para Brahmana. Di samping itu prasasti Tugu juga menyebutkan tentang adanya nama Candra Bhoga. Nama itu melalui etimologi disamakan dengan nama Bekasi sekarang yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara, secara geografis daerah Bekasi berdekatan dengan daerah Batujaya hanya dipisahkan dengan aliran sungai Citarum. Dengan demikian tinggalan kepurbakalaan situs Baturaja boleh jadi erat hubungannya dengan kerajaan Tarumanegara di masa lampau. Berdasarkan peninggalan-peninggalan purbakala yang kemudian dihubungkan dengan sumber-sumber tertulis berupa prasasti dan beberapa kitab sejarah, dapat diketahui sejak Pemerintahan Raja Purnawarman, ajaran Hindu telah berkembang dan dianut oleh masyarakat Jawa Barat. Di samping itu dapat juga diketahui daerah Baturaja dahulu termasuk Kerajaan Tarumanegara yang berkembang antara abad ke-4-7 Masehi. Secara administrasi situs Baturaja berada di dua desa, yaitu Desa Segaran Baturaja, Kecamatan Baturaja dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Situs ini terletak pada areal-areal perumahan dan sebagian pada pemukiman penduduk dengan jarak sekitar 45 km di sebelah timur Jakarta (Tanjung Periok) dan sekitar 6 km dari pantai utara Jawa Barat. Situs ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dari Ibukota Kabupaten dan ibukota kecamatan. Pada saat penulis mengunjungi situs ini di senja hari, ternyata jalan menuju ke sana dalam keadaan rusak, sempit dan sepi. Tentu sangat jauh keberadaannya dengan jalan-jalan yang menuju ke obyek-obyek wisata di Bali yang betul-betul mulus dan layak pakai. Situs ini mula-mula dikenal berupa gundukan tanah dan pertamakali diteliti oleh Puslit Arkenas dipimpin Nurhadi Rangkuti pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 1993 hingga 2001 penelitian dilanjutkan dipimpin oleh Peter Fordinandus. Tahun 1992 sampai dengan tahun 1994 ditemukan struktur bangunan dan pada tahun 1995 ditemukan dengan beberapa anak tangga dari batu pipisan pada lapisan terbawah ditemukan dengan beberapa potongan meterai. Tahun 1996 penelitian dilanjutkan dan ditemukan struktur bangunan tambahan dan tangga, tahun 1997 ditemukan denah bangunan yaitu 24,6 x 24,6 meter. Dalam penelitian tersebut ditemukan juga materai-materai dalam jumlah banyak, ada yang hampir utuh sekitar 10 buah pecahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar